Sabtu, 06 Mei 2017

Memetik Hikmah

Dalam salah satu teori kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner, dikenal kecerdasan intrapersonal. Yakni kemampuan memahami diri sendiri, menghargai, memahami perasaan, keterbatasan, kekuatan, dan motivasi diri sendiri. Dalam pengamatan saya, biasanya orang-orang yang memiliki kecerdasan seperti ini adalah orang-orang yang pandai mengambil hikmah dalam kehidupannya. Mereka yang selalu tahu menyembuhkan dirinya sendiri. Mungkin mereka bisa cepat berdamai dengan konflik batinnya. 


Ada sebuah kata bijak Arab yang menyebutkan, barang siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya. Meskipun saya kurang begitu paham apa maksud kalimat ini, tetapi saya secara pribadi mengaitkannya dengan kemampuan kita untuk berkomunikasi dengan diri sendiri agar mengikuti suara-suara kebenaran dari dalam diri. 


Katanya, naluri itu tidak pernah bohong. Bahkan seorang pencuri pun tahu kalau ia salah. Seorang pemabuk pun tahu kalau kelakukannya tidak benar. Tetapi, mereka mengabaikan naluri-naluri yang ditiupkan Tuhan dari dalam diri mereka. Orang-orang yang tidak mengenal dirinya yang terdalam mungkin lebih mengikuti hawa nafsunya. Disadari atau tidak, Tuhan telah memasang alarm dalam tubuh kita, yang akan berbunyi ketika kita melakukan kesalahan. Kalau masih tersentuh oleh kesalahan itu, mungkin saja itu rahmat Tuhan yang membuka jalan agar kita mengubah jalan pikiran kita.


Dalam hidup ini, di setiap interaksi sosial kita dengan sesama manusia atau alam, selalu ada kesempatan untuk mengambil pelajaran untuk peningkatan kualitas diri sendiri ke depannya. Inilah sekolah kehidupan yang tidak mungkin didapatkan dalam ruang-ruang kelas. Tetapi, dalam kehidupan sosial yang kita hadapi. Masalah dan pengalaman hidup akan menuntun kita untuk belajar. Menelaahnya ke dalam diri sendiri dan mengambil pelajaran di dalamnya adalah hikmah. Karena selalu ada hikmah di setiap kejadian. Dan kita akan terus belajar dalam kehidupan ini. 

Saya selalu senang dan merasa beruntung tiap kali ada orang yang mempercayai telinga saya untuk mendengar cerita atau mengadu apapun kepada (walaupum banyaknya saya cuma angguk-angguk doang sih. Hmmm). Karena tidak selamanya pelajaran hidup itu harus kita sendiri yang menjalani kan? Bisa jadi lewat kejadian-kejadian yang dialami oleh orang-orang disekeliling kita.

Terlebih lagi, saya bahagia jika bisa setidaknya 'menemani' orang-orang dalam masa-masa sulitnya. Walaupun hanya dengan kalimat receh saya yang terdengar klise seperti "Semangattttt", "Yang sabar", dll. Saya hanya ingin hidup saya bermanfaat dan bisa menolong orang (walaupun banyaknya sih ngrecokin hidup orang lain saya ini) hahaha.
Satu hal, karena saya sadar bahwa support system adalah elemen yang penting ketika saya down (ini saya pribadi, mungkin yang lain juga butuh treatment yang sama dengan saya), saya dengan tangan terbuka akan mendengarkan cerita teman-teman dan membantu sebisanya. Karena kadang, melihat masih ada orang disamping kita saat kita berada dalam situasi sulit, sudah bisa meredakan 20% kekhawatiran kita (masa? Riset darimana? Ehe!). Semangat semuanya! 

Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya orang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Az Zumar: 9)

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact