Sabtu, 16 Januari 2016

Mahalnya Hati yang Bersih

            Kali ini saya mau berbagi cerita yang agak sedikit rada serius. Ehem uhuk, jadi begini… *benerin jilbab*. Ini adalah cerita zaman dimana saya lebih alay dari yang sekarang ini. Dulu kala, saya punya kebiasaan yang menakutkan. Saya akan membenci sepenuh hati teman laki-laki yang menunjukkan ketertarikan pada saya, atau yang saya pikir tertarik pada saya baik terang-terangan ataupun lewat pesan-pesan tersembunyi. Maka jika terpaksa harus berinteraksi dengan kelompok laki-laki seperti ini, saya akan menunjukkan gejala-gejala PMS (marah-marah dan umm… kasar).

 XY: Mona lagi mau makan ya?
 M: Iyalah!! namanya di kantin. Masa mau sepedaan.
 XY: Mona mau makan apa?
 M: Ih berisik. GAUSAH NANYA-NANYA.
 XY: (????) Mau sekalian aku pesenin aja apa?
 M: UDAH DIBILANG JANGAN TANYA-TANYA. PERGI SANA JAUH-JAUH!!
 XY: (shock) (pura-pura mati)

Ya Allah, saya sangat tidak rasional. Saya merasa dangkal -,-

(balik ke zaman sekarang). Saya ini termasuk orang yang jarang sekali membalas komen-komen yang ada di akun sosial media saya. Ini semacam trik positioning untuk menciptakan kesan bahwa saya adalah orang yang misterius. Dianggap misterius itu sangat terdengar keren dan berkelas menurut saya haha *jalan pikiran anak ini emang udah geser sejak lama hiks*. Tapi akhir-akhir ini saya mulai berpikir ulang. Positioning saya mungkin gagal, alih-alih merasa bahwa saya misterius mungkin sebagian orang malah menganggap saya tidak ramah.

Sangat wajar seseorang menerima penilaian yang sangat beragam. Orang bisa mencintai kita, menyukai kita, tergila-gila pada kita, biasa-biasa saja, tidak suka, tidak suka banget, bahkan bisa tidak suka banget padahal kenal kita saja tidak. Kata saya, orang-orang begitu mudah memberi penilaian tanpa pertimbangan matang (seperti penilaian saya ke teman-teman laki-laki yang tertarik pada saya tadi *hiks). Apalagi untuk penilaian negatif.

Kita bisa saja dibenci karna kita suka tertawa misalnya, tidak peka, pernah dikhianati, pernah diberi harapan palsu, berpotensi lebih kece dari orang yang membenci, suka buang ingus sembarangan, mengidap suatu penyakit gatal yang menular, dan berbagai alasan absurd lainnya.

Ada kisah di zaman Rasulullah. Ketika seorang ahli surga datang, maka sudah biasa, para sahabat akan kepo mencari tahu amalan apa yang ia kerjakan sehingga derajatnya begitu tinggi di mata Allah. Tidak ada yang istimewa dari ibadah si calon penghuni surga tersebut. Saya membayangkan para sahabat kaget secara hiperbolik mengetahui kenyataan ini, bagaimana mungkin orang dengan ibadah yang biasa-biasa saja bisa dicap ahli surga? Ditanyalah si ahli surga apa gerangan yang spesial dari dirinya. Lalu apa jawabannya? Superb. Adalah hati yang bersih, yang tidak pernah sekalipun berburuk sangka pada orang lain, yang tidak pernah sekalipun memendam iri dan dengki, apalagi dendam. Betapa mahalnya hati yang seperti itu hingga Allah menukarnya dengan surga. Aih so sweet.
Memang sangat mudah untuk berpikiran buruk, menemukan kesalahan, mengingat-ngingatnya dan membenci orang lain, padahal bisa jadi orang itu tidak penting-penting amat untuk dibenci. Kita lalai pada hak-hak fundamental saudara kita: berbaik sangka padanya dan memperlakukannya dengan baik. Jadi kenapa sih kita suka melakukan hal-hal tidak penting? Kenapa memelihara hati dari ampas-ampas perasaan itu susah sekali?
Ya karena surga memang mahal, Nak.
Hmmm

0 komentar:

Posting Komentar

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact