Setelah menikah, saya baru menyadari bahwa ada profesi di dunia ini yang butuh waktu serta perhatian sepanjang hari tanpa jeda, kerjanya meliputi hampiiir seluruh lini bidang profesi-profesi penting di dunia, merangkap jadi dokter; juru masak; manajer keuangan; EO; juru bicara; fashion stylish; interior designer; declutter specialist; PR; penulis; crafter; strategic planner; motivator; cleaning service; personal shopper; masih banyak lagi lainnya, dan gawatnya tak pernah ada jurusan sekolah untuk profesi yang satu ini hehe. Apakah itu? Yups, Ibu Rumah Tangga!
Jika hanya ada satu jurusan ilmu yang bisa saya pilih untuk tekuni di universitas kehidupan ini, maka yang akan saya pilih adalah Ilmu Harta Halal Haram. Mengapa? *Mari baca curhatan mamak mamak di paragraf selanjutnya hehe*
Ada suatu masa dimana saya mendengar kajian dari ustad Adi Hidayat, dalam ceramahnya beliau berkata, “Jika ada sesuatu yang haram, masuk ke dalam tubuh manusia, menyebar lewat darah, maka semua halnya akan mempunyai konsekuensi yang tidak mudah. 1. Ia akan menutup pintu-pintu kebaikan dari dalam dirinya, seseorang yang sudah dimasuki hal haram maka tak akan ada kebaikan yang bisa masuk karena dua hal yang berlawanan tak akan pernah bisa bersama dalam satu jiwa seperti minyak dan air. Maka jika yang haram sudah menguasai dirinya, yang halal tak akan ia senangi lagi, istrinya yang halal tak dipandang lagi, anaknya tak disukai lagi, dsb. 2. Dilaknat oleh Allah. Jika hingga akhir hayatnya tidak bertobat, neraka jahanam balasannya. 3. Doanya tidak sampai kepada Allah karena terdapat sekat dosa, semakin pekat dosanya semakin tebal sekatnya, perumpamaannya seperti gelas yang tertutup jadi apapun sulit masuk ke dalam gelas tersebut.”
Subhanallah, tersentak hati saya mendengar kajian tersebut. Lalu, dilain waktu dalam obrolan saya bersama Ummi saya, beliau berkata, ”Nok, laki-laki itu kelemahannya ada 3. Harta, tahta, wanita. Yang terakhir ini yang paling bahaya. Fitrahnya wanita memang suka sama hal-hal yang berkilauan, tahta yang bagus, harta yang banyak. Tapi Nok, jangan sampai kita ini jadi wanita yang malah bawa suami sama anak-anaknya ke neraka. Asal perempuan minta, laki-laki itu pasti berusaha memberikan. Nah, masalahnya disini, kalau jalan yang dipilih salah itu lho. Beberapa laki-laki korupsi juga karena nurutin gaya hidup istrinya, Nok. Nanti ke suamimu ndak usah pernah ngucap minta sesuatu, apapun yang dia kasih terima dan olah gimana caranya dapurmu bisa selalu ngepul, anak-anakmu bisa tetep makan. Ya, Nok?”
Dari situ, saya menjadi sadar bahwa peran manajer keuangan dalam rumah tangga yang saya emban bukanlah suatu hal sepele. Ada tanggung jawab besar bukan hanya di dunia, tapi juga akhirat. Dalam hidup ini, memang diperlukan upaya dari manusia untuk memenuhi kesejahteraan materialnya guna memenuhi segala kebutuhan hidup. Dan, yang perlu diingat, -tiap upaya yang kita lakukan di dunia akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah di akhirat nanti. Termasuk upaya memperoleh harta dan mengelola harta.
Saya ingin belajar Ilmu Harta Halal Haram ini agar saya dan suami bisa saling ingat mengingatkan mengenai cara kami memperoleh dan mengelola harta. Karena harta yang masuk ke dalam tubuh kita akan mempengaruhi segala aspek kehidupan termasuk akhlak perilaku kita maupun pasangan dan mengenai terkabulnya doa seperti yang diungkapkan ustad Adi Hidayat diceramahnya.
Ada beberapa strategi yang saya lakukan untuk menuntut ilmu ini. Pertama, belajar kepada guru yang berkompeten di bidang tersebut. Selain belajar pada guru, saya juga memperkaya wawasan dengan membaca buku-buku terkait. Kedua, ada dana khusus setiap bulannya yang dialokasikan untuk perihal menuntut ilmu ini. Jadi kalau kami mendapatkan referensi buku muamalah atau seminar terkait pengelolaan harta secara syariah, kami akan menggunakan dana alokasi tadi untuk hal tersebut. Ketiga, berusaha membersihkan harta dengan cara bersedekah. Pengelolaan keuangan dalam keluarga saya alurnya yaitu: mendapatkan rezeki (gaji/hasil usaha) -> langsung diambil X% untuk sedekah -> sisa sedekah baru dibagi ke dalam pos-pos pengeluaran. Keempat, tracking hukum setiap aktivitas muamalah yangsaya dan suami lakukan. Misalnya terkait jaminan kesehatan, investasi, dll. Kami berusaha untuk mempelajarinya terlebih dahulu sebelum melaksanakan muamalah tersebut. Kelima, berusaha untuk istiqomah dalam menjalani value keluarga kami mengenai harta ini. Sesungguhnya dalam perjalanannya tidak selalu mudah, kadang saya dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Saya pun masih harus terus belajar dan mempraktekkan ilmu yang saya dapatkan ini. Mohon doanya :”)
Seperti yang saya katakan tadi, kadang dalam proses belajar ilmu ini saya memiliki perasaan yang berat dalam mempraktekkan ilmu yang didapat. Saya tahu ilmu itu benar, tapi dalam diri saya masih sulit untuk ‘meng-iya-kan’ ilmu tersebut. Biasanya yang seperti itu adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kegiatan umum di masyarakat yang sudah mengakar sehingga dianggap ‘lumrah’, tapi sebenarnya hal itu kurang tepat menurut syariat. Nah, dilemanya saya kadang disini hehe. Meninggalkan hal yang terlihat ‘umum’ untuk mengikuti syariat. Melihat hal tersebut, perubahan sikap yang perlu saya perbaiki perihal adab menuntut ilmu ini adalah meningkatkan keikhlasan dalam menuntut ilmu. Ya, seperti materi sesi pertama yang saya dapatkan di kelas MIIP bahwa, ilmu itu bukan rentetan kalimat dan tulisan saja, melainkan ilmu itu adalah “cahaya” yang dimasukkan ke dalam hati. Mohon doanya untuk saya, semoga saya menjadi pembelajar yang akan semakin berubah kearah yang lebih baik setiap harinya. Aamiin
REFERENSI BACAAN:
Adab Menuntut Ilmu oleh Tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional
Harta Haram Muamalat Kontemporer karya Dr. Erwandi Tarmizi, MA
Kuliah WhatsApp Pre Marriage Talk berjudul “Menjadi Manajer Andalan Keluarga” oleh Aji Nur Afifah
Smart Mom Secret karya Risa Arisanti
Youtube Channel Akhyar TV