Minggu, 22 Januari 2017

Demi Tuhan pemilik Ar-Rasyi, cabut, buang, atau jauhkan sifat sombong, dengki, sifat ingin dipuji, sifat merasa diri lebih baik dari dalam diri ini.

Demi Tuhan pemilik Ar-Rasyi, ajarkan hamba untuk memperkuat doa, mengisi amunisi....
karena lelah-lelah, rasa rendah diri, kejenuhan, bosan, keluhkesah, teramat mencintai, telah mendadak menggerogoti hati.

Didik pribadi ini agar mengencangkan sabuk ikatan imannya, menggantungkan harap padaMu saja, bukan pada makhluk, bukan pada ciptaan, bukan pada manusia.

Jangan menyerah pada kefuturan. Jangan menyerah pada kefuturan. Jangan menyerah pada kefuturan.

Terakhir,
Allah.. tetapkan hatiku dalam genggamMu... sibukkan daku dalam kebaikan selalu...
Allahumma aamiin...






Masih terjaga, 23 Januari 2017 - 03.00 WIB.
Saatnya kembalikan hatimu pada Dia yang benar-benar memilikinya. Tanpa dunia, tanpa manusianya pula. Astagfirullah
continue reading

Kamis, 19 Januari 2017

"Doain aku yaaa!"

Saya suka terhenyuh jika bertemu atau kenal sama orang-orang yang sukanya minta didoain. Apa-apa selalu diakhir bilang "doain aku yaa", mau ngelakuin apa-apa (yang mungkin itu seperti suatu momen 'perang' untuknya) selalu bilang "doain aku yaaa". Terlepas dari dia memang benar-benar niat minta di do'akan, atau hanya basa-basi refleks saja. Terlepas juga dari orang yang diminta tadi benar-benar mendoakan dia atau tidak. Tapi teh rasana kumahaaa kitu... seperti hidup kamu tuh kayak lebih berarti karena ada orang yang mengajakmu berjuang bersamanya di momen-momen perjuangannya *asliii ini lebay* *yaaa namanya juga imajinasi* walau yang membersamai perjuangannya hanya bisa doa kita, bukan keberadaan raga dan lainnya.

“Doain aku yaaa!”.

Simpel, tapi rasanya itu tadi, hidup saya jadi merasa berharga. Yaa walaupun nggak tahu juga doa saya sampai mengetuk pintu langit atau engga. Soalnya saya teh masih banyak dosanya.

Jangan pernah menganggap remeh doa dari siapa saja. Doa dari saudara sesama muslim kita, apalagi doa yang diam-diam. Lalu... katanya, do'a istri yang ridho terhadap suaminya insyaa Allah salah satu do'a yang di ijabah juga. Pun begitu dengan doa dari kedua orang tua untuk anaknya.
continue reading "Doain aku yaaa!"

Senin, 16 Januari 2017

Pala (Super Food of Indonesia part IV)

I would like to introduce you to an indigenous plant. Let's see if you can guess it from the photo. One clue: you would normally see it in dried form at the spice section.



Drum roll... It's nutmeg!!!
We suppose that seeing nutmeg in it's original form is not something that you would normally see everyday. In fact, what you see is nutmeg which is still wrapped in its 'skin' called mace. The greenish fruit that you see in the background is the fruit form which Blue Boots Farm harvested from the tree. Normally, people will sell the seed and mace separately. They would halve the fruit to separate the seed and the mace, then they will be dried.

Nutmeg is indigenous to an Indonesian island named Banda Insland in the Moluccas of Indonesia. It used to be a highly prized spice, which was believed to ward off plagues. These days, nutmeg is commonly added to Indonesian cookings such as semur, bakso, konro and other mesty or soupy dishes.
On the opposite, it can be turned into chutney or manisan (sweets) for the sweeter palate.
continue reading Pala (Super Food of Indonesia part IV)

Sabtu, 14 Januari 2017

Jali (Super Food of Indonesia part III)

Jali or Job’s Tears or even Coix lacryma-jobi is recognized as several names. Its pharmaceutical name is Semen Coicis Lachrymajobi of the family Gramineae. It’s also known as Coix, yi yi ren, Chi Shih, Chieh Li, Djali Batoe and that’s just a start.

Their seeds have already been utilized to make a number of products. The mature seeds right after de-hulling and cleaning are boiled as well as consumed along with cooked rice. The pounded flour is oftentimes also combined with water and taken as such as cooling drink just like barely or flour water. Raw kernels are utilized as peanut.

The beneficial effects of Job’s tears are decreasing liver fat accumulation, safeguarding from tumor stimulating compounds, protecting against viral infection, decreasing allergic reaction, decreasing coronary artery disease as well as arthrosclerosis and decreasing osteoporosis.
Additionally, Job’s tear grain could be polished and milled as flour and utilized as food components in several types of products.Use of this particular flour in bakery products can also be of interest. Because of the insufficient gluten, dough made from Job’s tear flour won’t be raised. An excellent mixture in bakery products is 70% wheat flour and 30% Job’s tear flour. Numerous studies reported as a result, this particular contribution aims to report the usage of Job’s tear flour to exchange wheat flour in butter cake. Consumer acceptance of butter cake containing Job’s tear flour is additionally investigated.
In Indonesia, we can find Job's tear as a first component of bubur jali-jali (its like a bubur from rice, but the colour is red). Hmmm so yummy!!!

Seed of Jali

continue reading Jali (Super Food of Indonesia part III)

Peran Kita

Setiap kita, manusia, adalah jundi, maka kita hanya harus selalu siap sedia saja atas apa apa yang akan terjadi dalam hidup kita. Layaknya batu bata yang terorganisir dan tersusun rapi. Kita siap menambal yang berada di bawah sebagai pondasi, harus siap pula jika harus melengkapi bagian tengah guna mengokohkan bentukan. Pun juga harus siap ketika ditunjuk sebagai penyempurna utama di bagian atas.

Tidak perlu memandang posisi dimana kita akan berkontribusi, cukup maksimalkan peran dimana pun berada. Bekal terbaik dalam menjalankan peran adalah ketaatan dan rasa menerima atas ketidaksempurnaan sebuah himpunan yang kita berada di dalamnya. Jangan berharap bahwa himpunan ini akan meng-upgrade ataupun memenuhi ekspektasi kita, tapi justru kita yang harus lebih lapang dalam menjadi bagian untuk membenahi compang campingnya sebuah himpunan.
continue reading Peran Kita

Jumat, 13 Januari 2017

Kecombrang & Kembang Turi (Super Food of Indonesia part II)

With all the hype that edible flowers is getting in the market, have we paid enough tribute to local edible flowers that we have in our land? Keep in mind that all the flowers that are edible, they don’t have to be petite and pretty. While most edible flowers are shown as a garnish these days, flowers have been a core part in some of Indonesian favourite dishes. So what are they?




Kecombrang
One of Zingiberacea family original of Indonesia is flower kecombrang (Etlingera elatior). This Crop is recognized with various names for example "kencong" or "kincung" in Sumatra North, "kecombrang" in Java, "honje"in Sunda, "bongkot" in Bali, "sambuang" in West Sumatra, "flower kantan" in Malaysia. This crop is also known as torch ginger or torch lily due to the colour and shape of this particular flower. Some people also know it as philippine waxflower or porcelein rose relating to the beauty of its flower. This crop is an indigenous crop of Indonesia proven by an etnobotanical study in Kalimantan island, where70% from existing species have other local names in the island and more than 60% existing species have at least one benefit used by the Kalimantan people.
Surprisingly common to be used in Indonesian dishes, bunga kecombrang is cooked differently in different parts of Indonesia. In Bali, the flower is called kecicang, while the young stem is called bongkot and both can be used in sambal matah. In Javanese dishes, the flower is a common part of pecel, mixed with other vegetables. In Karo, bunga kecombrang is used in their popular dish, which is arsik ikan mas.
Furthermore, the use of kecombrang flower in the culinary have been practiced since long time ago. This flower have a typicall flavour and aroma that will give delicious sensation to neutralize seafood and coconut based food.Traditionally, the leaf is used as medicine and cosmetic useage such as eliminating body odour. Based on some ancient literature, the kecombrang flower was also used to prevent early aging an eliminating phlegm. Kecombrang flower has some excellence traits for example as an edible flower, owning antioxidant activity which can eliminate free radical inhibition and antimicrobial activity. So that this crop can be developed as the functional food, that is substance of food that not only has nutrition value but also owns certain medical purposes. The medical purposes is different from drugs which are more curative. Functional food works as an agent of preventing infectious diseases.

Crop of Kecombrang


This is Sambal Matah in Bali. It use crop of Kecombrang















Kembang Turi
Kembang Turi (Sesbania grandiflora) is quite popular in Javanese dishes. When it has been boiled, the flower is a common addition to pecel or eaten as lalap. The flower itself has a meaty flavor and has a bit of slimy texture. It is believed that kembang turi can help breastfeeding mother to improve milk production.
Sesbania gradiflora has unique medicinal properties and used as a herbal drug for its antibiotic, anthelmintic, anti-tumour and contraceptive properties. The part of these plants serves as a natural anti-oxidant. The juice (tonic) of the leaves is considered to possess antihelmintic property and is used to treat worms, biliousness, fever, gout, itchiness, and leprosy. The young leaves and the tender pods of these plants are used to supplement meals and as vegetables.

Kembang Turi


Pecel Kembang Turi








Sumber:
Valensi Vol. 2 No. 2, Mei 2011 (393‐398) Antioxidant Activity From Water Extract Of Kecombrang Flower (Etlingera elatior) Leading To Jelly Candy Formulation

International Journal of Biosciences and Nanosciences Volume 1 (2), 2014, pp. 33-36. Phytochemical screening of Sesbania grandiflora (Linn)

Source pictures are google

Blue Boots Farm





Challenge accepted 2/7
continue reading Kecombrang & Kembang Turi (Super Food of Indonesia part II)

Kamis, 12 Januari 2017

Pegagan (Super Food of Indonesia part I)

Untuk 7 hari ke depan, saya akan melakukan challenge untuk diri saya sendiri. Challenge apakah itu?





Saya cerita latar belakang yang sangat amat terbelakang lebih dahulu, ya. Jadi begini.. saya ini suka sekali makan, utamanya ikan, telur, sayur dan buah-buahan. Tapi walau ada jenis makanan yang sangat saya gemari tersebut, tetap saya memakan apa saja (dulu kala), semua saya doyan. Bagi saya (dan orang-orang terdekat saya, sudah paham bahwa untuk saya) makanan hanya memiliki dua rasa, yaitu, enak dan enak banget. Enough. Ditambah lagi, saya ini mendapat anugerah terindah dari Tuhan Yang Maha Esa, makan sebanyak apapun tidak akan menjadikan timbangan badan saya naik drastis (kecuali timbangan pipi saya, ya. Ini sudah tidak bisa diubah-ubah. Memang pipinya gemuk. Hiks).

Sampai suatu ketika, seorang teman yang dengan usahanya sekeras tenaga berdarah-darah bercucuran keringat dan bergelimang air mata *lebay*menyadarkan saya bahwa “Kita makan tuh untuk 1. Ngisi perut (kenyang), 2. Jaga tubuh. Karena sehatmu, melihat caramu bahagia.” *Hazeggg*. Dia sering mencekoki saya dengan makanan-makanan aneh yang ‘ampyunn’ rasanya, itu ‘makanan sehat’ kata dia. Sampai akhirnya saya mendapat hidayah untuk mulai mencoba makan dengan cara sehat(?).

Terhitung sejak bertahun-tahun yang lalu saya sudah menganak-tirikan gorengan dengan segala perhiasan minyak goreng dan cabenya yang yummy, makanan fast food yang gurihnya bikin melayang menembus dunia nyata dan maya *puft*, mengganti camilan dengan sayur dan buah, dll. Memang belum semua makanan ‘kurang oke’ bisa saya hindari, karena terkendala kondisi sebagai anak kost yang kurang ada waktu dan peralatan cukup untuk membuat makanannya sendiri sehingga makan ‘yang ada aja’. Saya juga masih dalam tahap mengembangkan keterampilan memasak *walaupun hingga kini belum tampak hasil yang menakjubkan haha. Wanitaaaa. Oiya seru kali ya kalau kapan-kapan saya bikin challenge untuk diri saya sendiri mengepost resep dan hasil masakan saya. Foto doang ini, nggak ketauan rasanya, jadi kalaupun hancur rasanya nggak terhina-hina amat lah haha.*

Iyapss... dari kegamangan saya mengenai makanan sehat, saya pernah bercita-cita bahwa beberapa saat sebelum waktu pensiun saya nanti, saya ingin membuat sebuah kebun sayur organik di desa. Saya ingin menghabiskan waktu tua saya ketika sudah pensiun nanti dengan merawat sayur-mayur di kebun organik tersebut sambil menunggu waktu cucu-cucu datang mengunjungi. Dannn cita-cita itu berkembang lagi hehe, yang awalnya hanya kebun untuk diri sendiri, jadi mikir kalau:
“lucuk kali ya kalau kebun sayurnya itu dibuka untuk edufarm. Jadi untuk field practice anak-anak sekolah (TK, SD, dst) menanam memetik sayur, mengenalkan pentingnya sayur dan buah untuk kesehatan, menyediakan makanan unik olahan sayur untuk pengunjung yang datang ke kebun, mempelihatkan pada anak-anak any harvesting day is a happy day; today we are harvesting some beautiful and imperfect yet super yummy and fresh vegetables, berbagi resep masakan sayur mayur kepada para orangtua yang mendampingi anak-anaknya berkunjung supaya sayur tidak lagi jadi “momok” untuk mereka makan (karena entah kenapa seperi alarm otomatis untuk anak-anak dibelahan dunia manapun bahwa makan sayur itu suatu hal yang mengerikan)."

Yahhh begitulah impian kecil saya hehe.. Saya pikir, kesehatan itu aset penting. Jika kita ingin jadi orang yang bermanfaat, saya pikir kesehatan adalah salah satu modal untuk hal tersebut. Supaya kalau sehat, sampai tua pun masih bisa memberikan kebermanfaatan untuk sesama :)

Challenge 7 hari ini akan berisi tentang post mengenai tanaman-tanaman di Indonesia yang ‘terlupakan’ tapi penuh khasiat. Itung-itung untuk mereview ilmu dan mengingatkan saya kembali dengan pelajaran-pelajaran di bangku formal yang pernah diikuti. Selain itu, tanaman-tanaman ini juga bisa jadi salah satu bahan masakan di dapur kita lho...






Good morning!

Another new day, another new knowledge about our local superfood. I will kickstart the day in knowing about Centella asiatica also known as Gotu kola, pegagan, daun kaki kuda and lots of other names depending on how the locals know it as. This plant is not to be easily dismissed. Knowing Gotu kola’s benefit will help improve or treat our health.
Indonesia is blessed with abundant of powerful and useful wild plants if we have the power of knowledge on the benefits of all the wild plants. Gotu kola is not a new found herb that is discovered for its tremendous health benefits but it is a forgotten plant due to our shift of importance of getting our essential nutrients with other valued vegetables, fruits and even health supplements.
Gotu kola can be easily found growing wildly in farms, open-field, roadsides etc. if we look closely enough. It has beautiful spade-shaped leaves or horse-hoof like leaf that can be easily identified.
Gotu kola is generally good to boost our immune system but however, it is really worshipped for its used as a combat to high blood pressure, boosting central nervous system, improving circulatory system, repairing skin, protecting veins and blood vessels and antibacterial properties.If anyone is facing any health issues with the above mentioned, please read more about Gotu kola. It is easily growing in the farm.
My favourite way of consuming Gotu kola is adding fresh leaves to salad, blending it with basil to make pesto and also dehydrated into powder with low temperature to add to juices. Better eaten fresh for maximum nutrients.






Yippieee.. Challenge accepted 1/7 days





continue reading Pegagan (Super Food of Indonesia part I)

Senin, 09 Januari 2017

Ittaqullah

Ittaqullah.. bertakwalah kepada Allah.. takutlah kepada Allah..
Orang tua bisa pergi kapan saja, alangkah rugi berbuat baik hanya demi mereka. Teman-teman apalagi, jauh lebih rugi bersikap hanya demi menarik simpati.
Takutlah kepada Allah, yang janji-Nya pasti, yang siksa-Nya nyata bagi tiap hamba yg ingkar.
Masa muda bukan berarti kita bebas melakukan kesalahan. Setelah baligh, di mata Allah kita semua sama. Semua kesalahan di masa ini akan dihisab, akan ditanya dengan detilnya. Beruntunglah mereka yg senantiasa sadar.
Takutlah kepada Allah, wahai diriku. yang dengannya terjaga sikapmu, yang dengannya terarah pilihan hidupmu. Takutlah hanya kepada Allah, wahai diriku, karena sungguh tiap peristiwa akan kembali menghakimi.
continue reading Ittaqullah

Rabu, 04 Januari 2017

Bukan Karena Kamu

Bukan karena kerja keras,
Bukan karena kapasitas,
Bukan karena cerdas,
tapi segala sesuatu terjadi karena kasih sayang-Nya, keberkahan-Nya dan keridhoan-Nya. Jangan pernah merasa law of attraction selalu benar dan pasti terjadi karena attraction akan sia sia tanpa keridhoan-Nya. Apalah artinya kerja keras jika hati jauh dari Pencipta, maka bertawakal adalah hukum yang paling abadi.
Berusaha maksimal dan perkuat do'a adalah ranah manusia, sedangkan hasil keputusan akhir adalah ranah Penentu Takdir. Sejatinya manusia hanyalah aktor bukan penentu skenario.
Oh Allah...


Yogyakarta, 4 Januari 2017
Allah... ini aku, hambaMu yang sedang teramat takut pada banyak hal yang menakutkan.
continue reading Bukan Karena Kamu

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact