Ada yang menarik dari buku yang saya baca malam ini. Dari buku ini kok saya jadi berpikir bahwa tak ada yang salah (harus malah) ketika seseorang berhenti sejenak untuk mengevaluasi gerakannya. Ya, yang jadi masalah kalau keterusan berhentinya itu sih hehe... Entah disadari atau tidak, ketika kita sudah berjalan terlalu jauh, ada yang mengusik hati 'apakah benar jalan yang ini? apa benar yang seperti ini?' dan yang paling desss banget itu 'apa ini yang aku mau? atau yang kulakukan selama ini hanya untuk memenuhi ekspektasi lingkungan dan orang-orang sekitarku saja?' nah lho gimana tuh :)
Begini analoginya
Mari kita berhenti sejenak disini! Kita sudah relatif jauh berjalan bersama dalam kereta ini. banyak yang sudah kita lihat dan yang kita raih. Tapi, banyak juga yang masih kita keluhkan: rintangan yang menghambat laju kereta, goncangan yang melelahkan fisik dan jiwa, suara-suara gaduh yang memekakan telinga dari mereka yang mengobrol tanpa ilmu di gerbong kereta ini, dan tikungan-tikungan tajam yang menegangkan. Sementara, banyak pemandangan indah yang terlewatkan dan tak sempat kita potret, juga banyak kursi kosong dalam kereta ini yang semestinya bisa ditempati oleh penumpang-penumpang baru tapi tidak sempat muat. Dan masih banyak lagi !
Jadi mari kita berhenti sejenak disini ! Kita memerlukan saat-saat itu; saat dimana kita melepaskan kepenatan yang mengurangi ketajaman hati, saat dimana kita membebaskan diri dari rutinitas yang mengurangi kepekaan spiritual, saat dimana kita melepaskan sejenak beban yang selama ini kita pikul yang mungkin menguras stamina kita.
Kita memerlukan saat-saat seperti itu karena kita perlu membuka kembali peta perjalanan kita; melihat-lihat jauhnya jarak yang telah kita lalui dan sisa perjalanan yang masih harus kita lalui; menengok kembali hasil-hasil yang telah kita raih; meneliti rintangan yang mungkin menghambat laju pertumbuhan kita; memandang ke alam sekitar karena banyak aspek dari lingkungan strategis kita telah beubah.
Sekian. Terimakasih.. Semoga bermanfaat :)