Sabtu, 30 November 2013

Mari Berhenti Sejenak untuk Evaluasi Gerakan

Ada yang menarik dari buku yang saya baca malam ini. Dari buku ini kok saya jadi berpikir bahwa tak ada yang salah (harus malah) ketika seseorang berhenti sejenak untuk mengevaluasi gerakannya. Ya, yang jadi masalah kalau keterusan berhentinya itu sih hehe... Entah disadari atau tidak, ketika kita sudah berjalan terlalu jauh, ada yang mengusik hati 'apakah benar jalan yang ini? apa benar yang seperti ini?' dan yang paling desss banget itu 'apa ini yang aku mau? atau yang kulakukan selama ini hanya untuk memenuhi ekspektasi lingkungan dan orang-orang sekitarku saja?' nah lho gimana tuh :) 


Begini analoginya

Mari kita berhenti sejenak disini! Kita sudah relatif jauh berjalan bersama dalam kereta ini. banyak yang sudah kita lihat dan yang kita raih. Tapi, banyak juga yang masih kita keluhkan: rintangan yang menghambat laju kereta, goncangan yang melelahkan fisik dan jiwa, suara-suara gaduh yang memekakan telinga dari mereka yang mengobrol tanpa ilmu di gerbong kereta ini, dan tikungan-tikungan tajam yang menegangkan. Sementara, banyak pemandangan indah yang terlewatkan dan tak sempat kita potret, juga banyak kursi kosong dalam kereta ini yang semestinya bisa ditempati oleh penumpang-penumpang baru tapi tidak sempat muat. Dan masih banyak lagi !
Jadi mari kita berhenti sejenak disini ! Kita memerlukan saat-saat itu; saat dimana kita melepaskan kepenatan yang mengurangi ketajaman hati, saat dimana kita membebaskan diri dari rutinitas yang mengurangi kepekaan spiritual, saat dimana kita melepaskan sejenak beban yang selama ini kita pikul yang mungkin menguras stamina kita.
Kita memerlukan saat-saat seperti itu karena kita perlu membuka kembali peta perjalanan kita; melihat-lihat jauhnya jarak yang telah kita lalui dan sisa perjalanan yang masih harus kita lalui; menengok kembali hasil-hasil yang telah kita raih; meneliti rintangan yang mungkin menghambat laju pertumbuhan kita; memandang ke alam sekitar karena banyak aspek dari lingkungan strategis kita telah beubah.

Sekian. Terimakasih.. Semoga bermanfaat :)
continue reading Mari Berhenti Sejenak untuk Evaluasi Gerakan

Jumat, 15 November 2013

Analisis Saya, Mahasiswa Itu Dipersiapkan

Dulu, nama besar kampus disebabkan oleh karena kehebatan mahasiswanya. Sekarang, mahasiswa justru ingin hebat karena nama besar kampusnya. Memang tak semua, tapi ini fakta. Ada di sekitar kita. Berjuang untuk memenuhi standar kualitas kampus supaya bisa duduk di salah satu bangku yang dimilikinya, untuk kemudian tersadar, “Ah.. aku bisa masuk kemari, tapi tolong! Bagaimana cara keluarnya?” Hehehe.
Maaf ya. Saya jadi merasa bersalah. Bersalah karena mengawali tulisan ini dengan pesimis.

Kalau saya bangun tidur, saya suka bercermin, dan di cermin itu saya melihat wajah sendiri. Ini tentu berbeda kalau orang lain yang bercermin. Pastilah yang ada di cermin itu jadi bukan wajah saya, tapi wajahnya. Tapi wajah siapapun itu, jika ia mahasiswa seperti saya.. sesungguhnya kita melihat hal yang sama. Ya, disana ada wajah seseorang yang di masa depan memiliki kesempatan sama untuk cemerlang, penuh karya, dan membanggakan keluarga, hingga negara. Kenapa jauh-jauh harus membanggakan negara? Lho, bukankah impian itu jangan tanggung-tanggung.

Masa-masa sebagai mahasiswa, adalah masa-masa paling leluasa untuk mengeksplorasi banyak hal. Eksplorasi kecerdasan dengan berbagai ilmu pengetahuan. Eksplorasi pengalaman dengan menembus berbagai batas ketakutan yang menjelma jadi kemampuan. Eksplorasi jiwa dengan memahami bahwa tak semua perjuangan berbuah seperti yang diharapkan, sehingga menjadikan diri semakin lapang dan bijaksana. Juga eksplorasi hati dengan berbagai luka yang dihadirkan untuk mendewasakan.

Kita ada disana, sebagai mahasiswa, bukan sekedar dipersiapkan untuk menjadi sumber daya manusia yang kelak akan manggut-manggut pada atasan. Bukan itu. Masa-masa itu mempersiapkan kita supaya bisa menghasilkan ide dan gebrakan, agar bisa membuat banyak terobosan, dengan tetap rendah hati dan rangkaian perilaku baik lainnya. Ah, apalagi kalau masa-masa itu cuma dipakai untuk menyesal karena ingin hebat sebab terpana pada nama besar kampus, bukan punya misi untuk menghebatkan nama kampus sebab kehadiran kita disana. Misal ingin kuliah di Institut Teknologi XXX . Terserah jurusannya apa, yang penting Institut Teknologi XXX. Padahal hasratnya bukan di teknik. Duh.

Tahukah, setiap pola berulang yang saya dan kamu lakukan di kampus sebagai mahasiswa selama bertahun-tahun, kelak ketika kita berganti peran dan terjun ke masyarakat, kita akan memperkuat pola itu. Jadi kalau sudah punya kebiasaan berharap pada nama besar kampus untuk bermasa depan baik namun mengorbankan hasrat diri yang sesungguhnya bukan bermisi memperbesar nama kampus karena kehebatan kita, maka akan begitu pula polanya di ruang lingkup yang lebih besar.

Saya berpikir begitu karena saya tahu, dan lebih daripada itu.. saya meyakini, bahwa jauh lebih mulia sibuk memberi, daripada menerima. Dan kelak di masa yang lain, yang bukan kehidupan, kita pun tidak akan dihampiri pertanyaan, “Apa saja yang sudah kau terima?” melainkan “Apa saja yang sudah kau berikan dengan semua potensi yang sudah diberikan-Nya?” Dalam sekali bukan.
#bergerak
continue reading Analisis Saya, Mahasiswa Itu Dipersiapkan

Rabu, 13 November 2013

DUA MINGGU, MENDARAT DI DUA PULAU



Oke, Bismillah….
Saya kembali lagi menghirup udara Semarang setelah beberapa waktu lalu sempat menghirup udara di dua kota dengan pulau yang berbeda….

Kisah ini dimulai dari ‘kegilaan’ tiga muda yang mengharap tidak hanya jadi orang biasa saat mendapatkan kesempatan menyandang status sebagai mahasiswa. Wujud cinta pada kampus kami, langkah nyata untuk menyandingkan warna biru dongker almamater kami dengan almamater lain, bukti usaha kami untuk label yang sering orang berikan ‘Scientist muda bangsa’ untuk negeri ini…
Aku punya mimpi  “Setidaknya minimal aku harus menorehkan satu prestasi di Undip sebelum aku lulus”….
Mimpi-mimpi itulah yang kami dengung-dengungkan setiap saat, kami tempel di tembok kamar kami, kami lihat tiap bangun pagi sambil mengulum senyum harapan…
Ya!!! Berangkat dari kalimat sederhana itu kami bergerak, berangkat dari mimpi-mimpi untuk kampus kami, fakultas kami, jurusan kami…

Saya, Hakim, dan Mbak Maerani… Tiga muda ini akhirnya mendapat kesempatan untuk menuju pulau seberang membawa gagasan tentang keilmuan yang menjadi bidang kami. Kami memang hunter lomba karya tulis. Tapi jangan kira jalan kami begitu mulus… sebelum karya tulis ini, saya pribadi sudah tertolak berulang-ulang kali gagasannya, begitupun dengan dua kawan saya itu. Dari passion yang sama, kami berpikir bahwa tiga lebih baik daripada satu ;)
Bergabunglah kami menjadi satu tim, tentu dengan bimbingan seorang kakak yang luar biasa seperti mbak Maerani, dan kawan yang tangguh seperti Hakim. Tapi hadangan tidak berhenti sampai disitu, kesibukan kami masing-masing sebagai aktivis kampus, menjadikan kami harus ‘jatuh bangun’ sebenarnya untuk menjadi hunter LKTI. Rapat online sampai larut malam (karena punya waktunya saat malam saja, pagi sampai sore space untuk kuliah dan amanah di lembaga kampus hehe), ngumpul di markas mbak Maerani dengan bacaan jurnal-jurnal yang harus dipahami, lari kesana kesini hujan-hujan karena dikejar deadline, dan lain lain… ya, saat kami mulai lelah, kami ingat bahwa perjuangan kami tidak boleh terhenti di tengah jalan. Kita yang memulai, kita wajib menyelesaikannya hingga akhir!!! Ini harga mati bagi kami. 

Alhamdulillah, peluh kami terbayar ketika berturut-turut pengumuman lomba itu datang. Kami diundang ke dua pulau berbeda. Untuk berangkat ke pulau seberang pun masih saja banyak hadangan, mulai dari pengajuan dana, bebarengan dengan jadwal ujian tengah semester... Fokus saya ketika itu ya menyelesaikan amanah saya terlebih dahulu di lembaga, baru pergi. Alhamdulillah.. Dia memberi kemudahan jalan.. let it flow. Dia punya rencana, yakin kami.. manusia tugasnya ya berusaha dan berdoa.

Kami menyabet Juara II Lomba Karya Tulis Spesifik Profesi Nasional di Bengkulu

dan menjadi Finalis INOVASI Nasional 2013 Indonesian Youth Festival of Science di Makasar…



Orang-orang yang
berpikir bahwa aktivis kampus tak ada karya nyata dalam bentuk prestasi akademis, itu salah besar!!! Kami bertiga mencoba membuktikan itu..

Kita harus selalu percaya bahwa setiap mimpi pasti bisa tercapai dengan kerja keras, peduli terhadap sesama, dan kita dapat menginspirasi orang banyak dengan hal-hal positif pada diri kita. Insya Allah kami tidak akan berhenti sampai disini, tapi tetap akan terus #bergerak
continue reading DUA MINGGU, MENDARAT DI DUA PULAU

statistics

Bukan pakar, mari sama-sama belajar. Pun bukan ahli, mari saling berbagi | Melangit dan Membumi

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact